Pages

Rabu, 06 Juli 2016

First Love Forever Love (Cinta Pertama Abadi Selamanya) ~ Shu Yi

Judul Novel   : First Love Forever Love (Cinta Pertama Abadi Selamanya)
Pengarang     : Shu Yi
Jumlah Hal    : 545
Genre              : Kisah Cinta



Novel yang telah diterjemahkan dari bahasa Mandarin ini telah terjual sebanyak 80 juta eksemplar di negaranya China.

Resensi Buku oleh Penulis / Publishing (Sampul Belakang)
Cinta pertama telah menorehkan luka di hatiku. Menyisakan malam-malam penuh derai air mata, mengingatkan selalu kepadamu, pada cinta kita.
Kita sering tak mengerti apakah yang dinamakan cinta. Dulu aku selalu berpikir cinta bisa melampaui segalanya. Saat itu aku tak tahu bahwa ternyata ada kekuatan lain yang disebut takdir. Kita tak bisa melakukan apa pun untuk mengubahnya dan hanya bisa menerimanya.


Penilaian Subjektif Atas Novel First Love Forever Love
  1. Gaya sang penulis yang singkat dalam penulisan cerita namun sangat tajam dan indah.
  2. Karakter tokoh yang sangat kuat, bukan hanya pada karakter tokoh utama tetapi setiap tokoh yang ditulis di dalam cerita.
  3. Hal-hal yang mulai dikupas di akhir cerita semakin memperkuat karakter tokoh utama pria dan kisah cinta sehidup semati yang ingin diceritakan oleh sang penulis.
  4. Pembaca tidak akan mengira adanya hal-hal yang akhirnya dikupas di bagian penutup cerita karena alur cerita yang dibuat oleh sang penulis dari awal hingga pertengahan tampak sangat mengalir sehingga benar-benar sebuah novel yang tidak tertebak atau tak disangka-sangka.
  5. Konflik yang dituliskan dalam novel ini hadir dalam bentuk permasalahan yang sangat besar dan tampak buntu sehingga dapat membuat pembaca merasa tercekam dan penasaran mengenai apa yang akan terjadi dengan tokoh-tokoh utama dengan hadirnya konflik yang seperti tidak ada jalan keluarnya.


Sedikit penggalan novel yang menggambarkan kesedihan yang dalam dari tokoh utama wanita namun ditulis dengan indah dan menarik

Dunia di mataku perlahan-lahan meluntur warnanya dan akhirnya berubah menjadi hitam putih.

Terbayang kembali sehelai kertas yang aku bakar. Ternyata dia ingin menggunakan cara-cara itu untuk berterus terang kepadaku bahwa apa yang dia lakukan untukku memang hanya sejauh itu saja.


Sayangnya, saat itu aku mengira sudah berhasil memahami betapa kejamnya cinta. Pikirku, aku telah berhasil membuka kedok seorang pria yang sebenarnya. Namun, ternyata saat itu aku masih terlalu muda. Aku masih belum mengerti apa-apa.


Hari ini akhirnya aku paham, tetapi semuanya sudah terlambat, sangat terlambat.


Semua orang mengatakan, musim semi di Austria adalah musim semi yang paling dinanti-nantikan. Suasana di luar ini bertepatan dengan musim semi. Saat matahari dan angin terlihat begitu indah. Cahaya matahari yang bersinar miring dari arah barat menembus tirai putih di jendela, meninggalkan bayangan cahaya buram di dinding. Angin ringan menembus masuk ke dalam jendela, membawa masuk suara anak-anak yang begitu nyaring seperti suara genta perak yang berdencing.

Aku justru mendengar suara gemeretak hatiku yang hancur berkeping-keping. Seolah-olah saat ini aku tengah menutup dua pintu Istana Dingin (Istana Dingin atau Leng Gong adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tempat tinggal para selir raja yang sudah terbuang karena tak disukai lagi).

Segala kesedihan di dalam hati telah hancur menjadi debu. Mulai saat ini, seantero duniaku tak menginginkan apa pun lagi. Aku mengulurkan tangan untuk melihat telapak tanganku. Di sana seolah mengalir masa lalu yang perlahan-lahan pergi. Cintaku yang pernah hilang di Odessa (Sebuah Nama Kota di Negara Austria), dalam tempo 10 bulan kini telah menjadi jalinan cinta yang sehidup dan semati.


Ternyata mencintai seseorang bergantung pada takdir dari langit dan tak bisa ditentukan oleh diri sendiri.

Masa-masa yang paling indah dalam hidup, saat itu justru terasa biasa-biasa saja. Namun kini, ketika aku menolehkan kepala, barulah aku sadar, ternyata masa-masa yang paling kemilau justru telah lama berlalu.

Musim dingin di Austria juga diwarna salju lebat. Namun, aku tak pernah lagi mengalami hujan salju sebesar yang kualami di Gunung Carpathian saat itu. Aku juga tak pernah bertemu lagi dengan seseorang seperti dia. Seseorang yang mencintaiku layaknya dia mencintai nyawanya sendiri.

---

Novel Online yang tersedia di Google Play Book
Di Google Play Book (Versi Online) IDR 22.000,-
Di Gramedia Pekanbaru IDR 65.000,-









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Hide Top Background Image

Slider Style Setting

Mengenai Saya

Foto saya
Pekanbaru, Riau, Indonesia
Instagram : susiyanti9889

Subscribe Via Email (Do Not Edit Here!)

Instagram

Labels

Like Us

Like us

Search This Blog

Custom Featured

Home Style Widget

Featured Post

featured Slider

Custom Random

Newsletter